Jumat, 08 Agustus 2008

Ilmu Ikhlas n totalitas

Pe-pen hampir saja tidak melihat wanita tua yang berdiri  dipinggir jalan itu,

tetapi dalam cahaya berkabut ia dapat melihat bahwa wanita tua itu membutuhkan
pertolongan. Lalu ia menghentikan mobil Pontiactua nya di depan mobil Mecedes
wanita tua itu, lalu ia keluar dan menghampirinya.
 
Walaupun dengan wajah tersenyum wanita itu tetap merasa khawatir, karena setelah

menunggu beberapa jam tidak ada seorang pun yang berhenti untuk menolongnya.
Apakah lelaki itu bermaksud menyakitinya? Lelaki tersebut penampilanya tidak
terlalu baik, ia kelihatan begitu memprihatinkan. Wanita itu dapat merasakan
kalau dirinya begitu ketakutan, berdiri sendirian dalam cuaca yang begitu dingin,
sepertinya lelaki tersebut tau apa yang ia pikirkan.
 
Lelaki itu berkata "Saya kemari untuk membantu anda  Bu, kenapa anda tidak menunggu

didalam mobil. Bukankah disana lebih hangat? Oh ya, nama saya Pe-pen." Pe-pen
masuk kedalam kolong mobil wanita itu untuk memperbaiki yang rusak.
 
Akhirnya ia selesai, tetapi dia kelihatan begitu  kotor dan lelah, wanita itu

membuka kaca jendela mobilnya dan berbicara kepadanya. Ia berkata bahwa ia dari
Gresik dan kebetulan lewat jalan ini. Dia merasa tidak cukup kalau hanya
mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.
 
Wanita itu bertanya berapa yang harus ia bayar,  berapa pun jumlahnya yang ia

minta tidak menjadi masalah, karena ia membayangkan apa yang akan terjadi jika
lelaki itu tidak menolongnya. Pe-pen hanya tersenyum.
 
Pe-pen tidak mengatakan berapa jumlah yang  harus dibayar, karena baginya

menolong orang bukanlah suatu pekerjaan. Ia yakin apabila menolong seseorang
yang membutuhkan pertolongan tanpa suatu imbalan, suatu harinanti Tuhan pasti
akan membalas amal perbuatanya.
 
Ia  berkata kepada wanita itu, "Bila Ibu benar-benar ingin membalas jasa saya,

maka apabila suatu hari nanti Ibu melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan,
tolonglah orang tersebut... dan ingatlah saya." Pe-pen menunggu sampai wanita itu
menstarter mobilnya dan menghilang dari pandangan.
 
Setelah berjalan beberapa mil wanita itu melihat kafe  kecil, lalu ia mampir kesana

untuk makan dan beristirahat sebentar. Pelayan datang dan memberikan handuk bersih
untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Wanita itu memperhatikan sang pelayan yang
sedang hamil, dan masih begitu muda. Lalu ia teringat kepada Pe-pen.
 
Setelah wanita itu selesai makan dan, sang pelayan sedang mengambil kembalian

untuknya, wanita itu pergi keluar secara diam-diam. Setelah kepergiannya sang
pelayan kembali, pelayan itu bingung kemana wanita itu pergi, lalu ia menemukan
secarik kertas diatas meja dan uang $1.000,-.
 
Ia  begitu terharu setelah membaca apa yang ditulis oleh wanita itu: "Kamu tidak

berhutang apapun pada saya karena seseorang telah menolong saya, oleh karena itulah
saya menolong kamu. Maka inilah yang harus kamu lakukan: " Jangan pernah berhenti
untuk memberikan cinta dan kasih sayang."
 
Malam ketika ia pulang dan pergi tidur, ia berfikir mengenai uang dan apa yang di

tulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita itu bisa tahu kalau ia dan suaminya sangat
membutuhkan uang untuk menanti kelahiran bayinya?
 
Ia  tahu bagaimana suaminya sangat merisaukan hal ini. Lalu ia memeluk suaminya

yang terbaring disebelahnya dan memberikan ciuman yang lembut sambil berbisik
"Semuanya akan baik-baik saja sayang, I Love You kang mas Pe-pen."
 
"Segala sesuatu yang berputar akan selalu berputar", therefore, never
 ever stop doing good things in life!

Secarik cerita diatas membuktikan kebesaran Allah SWT bahwa kita harus menolong sesama dan janji Allah SWT akan menggantinya lebih dari yang kita berikan...


Minggu, 27 Juli 2008

Arogan

Perjalanan touring kemarin adalah perjalanan berkelana yang kesekian kali yang saya lakukan. Meski sudah sering saya lakukan, tetap saja memberikan pengalaman baru untuk saya. Salah satu pengalaman yang menarik adalah saat motor yang saya tumpangi hampir dicium oleh bibir sexy bus antar kota dari arah belekang. Herannya, meski saya sudah mengalah dengan turun ke bahu jalan, tetap saja bibir sexy bus nyaris mencium motor saya. Tak tanggung-tanggung, beberapa kali saya mengalami kejadian serupa. Benar-benar olahraga jantung! Yang saya ”kagumi” dari kejadian tadi adalah kenapa bus yang ukurannya lebih besar tidak bisa sedikit mengalah pada yang lebih kecil seperti motor saya. Sungguh benar-benar arogan.

Arogansi tidak hanya bisa kita lihat di jalanan. Kalau kita mau lebih sedikit peka dengan lingkungan sekitar, kita akan melihat banyak sekali arogansi yang terjadi. Tidak percaya? Kita ambil contoh di meja kerja. Sudah jadi rahasia umum, bila ada pegawai junior yang berprestasi, maka pegawai senior yang tidak punya kelapangan hati mendadak menjadi mirip bus antar kota. Arogansi dimulai. Sok jadi penguasa dan gak pernah mau disalahkan. Sok main perintah tapi gak mau kerja. Bila perlu, pegawai junior dibuat menyingkir dari kantor. Ujung-ujungnya pegawai junior yang mulai membangun karir dan butuh mentoring dari seniornya jadi layu sebelum berkembang.

Sebenarnya, kalau saja kita mau berbagi dengan orang lain dan mau mengalah sedikit saja, hidup pasti akan lebih menyenangkan. Tak ada sakit hati. Tak ada caci maki. Membuat orang lain marah dan mencaci maki, itu saja sudah cukup membuat pandangan Tuhan pada kita jadi jelek. Tak ada yang lebih menyenangkan saat orang lain tersenyum karena kebahagiaan yang kita berikan. Tidak perlu hadiah mahal untuk membuat orang lain bahagia. Dengan cukup dengan sedikit mengalah dan tidak perlu jadi arogan.